Foto: Fadhly Fauzi Rachman |
Keadaan ekonomi
global selalu bersinggungan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Berbagai
gejolak ekonomi global seperti penurunan harga komoditas dalam lima tahun
terakhir, mempengaruhi turunnya nilai ekspor Indonesia.
Selain itu,
sejumlah kebijakan serta pertumbuhan ekonomi negara maju, seperti Amerika
Serikat (AS) contohnya. Dengan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS
yang baru juga mempengaruhi kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Lebih lanjut,
implementasi Brexit kemudian perlambatan ekonomi China serta kondisi geopolitik
dunia juga menjadi salah satu tantangan bagi Indonesia.
Kepala Badan
Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan,
Indonesia perlu cermat dalam mengambil langkah, apalagi karena menganut rezim
devisa bebas.
“Indonesia
menganut rezim devisa bebeas. Dan, ini kita yakini satu fundamental yang kita
teruskan. Maka nggak boleh main-main dengan devisa bebeas. Misalnya melarang
beli dollar ini enggak boleh akan kena punishment.
Misalnya dalam 2 bulan ada incoming
portofolio di Indonesia maka syaratnya harus yakin kepada Indonesia. Maka prinsip
devisa bebas ada risikonya dan ini harus kita perhatikan,” ungkap Suahasil di
Hotel Aston, Bogor, Sabtu (26/11/2016).
Dengan menganut
rezim devisa bebas, terang Suahasil, maka investor bisa bebas bergerak masuk ke
Indonesia. Dalam gejolak ekonomi global, sejumlah investor juga mencari tempat
baru untuk menentukan di mana nantinya mereka akan menaruh asetnya.
Oleh karenanya,
dalam kondisi seperti itu, lanjut Suahasil, Indonesia perlu menjadi tempat yang
berbeda dengan lainnya.
“Karena premis
dasar yaitu aset akan mencari tempat baru. Kalau mereka mencari tempat baru
kita ingin Indonesia menjadi tempat berbeda dengan lain. Sehingga ketika mereka
melihat Indonesia berbeda,” terangnya.
Oleh karenanya,
lanjut Suahasil, rezim devisa bebas ini dianggap tidak perlu untuk diutak-atik.
Sebab, indonesia dinilai sangat dekat dengan pasar keuangan, dan pembiayaan
pemerintah sebagian besar didapat dari pasar keuangan itu sendiri.
“Rezim devisa
bebas kalau kita akan ganti, maka kita akan bisa kena punishment bagi pasar karena kita sudah terlalu dekat dengan pasar.
Kita dekat karena pembiayaan pemerintah itu dari apsar. Jadi ada confidence kalau kita orang taruh di
pasar keuangan,” terang dia.
“Kalau dia
(pelaku pasar) biang mau tarik apa nggak, jadi mereka lihat ekonomi kita
seperti apa. Jadi bukan restriksi, tapi pengaturan. Jadi dia enggak hanya hitam
dan putih. Ini harus kita lihat lagi untuk rezim devisa bebas,” tutupnya.
(Reposting detik.com hns/hns)
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon