Bekasi – Kisah Darmiati adalah kisah seorang ibu yang bekerja gigih demi masa depan anaknya. Darmiati rela berjualan seorang diri demi kelangsungan hidup dan pendidikan anaknya.
Kisah Darmiati diceritakan oleh Teguh, salah seorang pengguna akun facebook yang tergugah oleh perjuangannya. Tim detik.com kemudian menelusuri keberadaan Darmiati yang berjualan di Bekasi, Jawa Barat.
Lahir 51 tahun lalu di Lamongan, Darmiati menikah dengan seorang pria bernama Temu Hadi, pria yang juga asli Lamongan. Dari Temu Hadi, Darmiati memiliki 7 orang anak.
“Saya dan suami berasal dari satu kampung. Terus kita menikah tahun 1980. Anak pertama saya lahir tahun 1982,” ujar Darmiati, Minggu (05/06/2016)
Darmiati cerita, setelah anak pertamanya yang bernama Siswitoyo berumur setahun, ia langsung meninggalkan kampung halamannya ke Jakarta bersama sang suami. Di Jakarta ia membuka usaha dagang, Darmiati beserta suami menjual pecel lele.
Usaha tersebut cukup ramai. Dagangannya laris dibeli orang. Namun selanjutnya Darmiati harus melanjutkan usaha dagangnya seorang diri. Sebab, sang suami menikah dengan wanita lain.
Status keduanya hinhha kini masih jadi suami-istri. Darmiati tidak pernah bercerai dengan Temu Hadi. Keduanya terus menjalin hubungan hingga kini. Meskipun sang suami tidak lagi memberi nafkah.
“Saya tinggal sendiri mencari nafkah mulai dari anak masih kecil, dari mulai anak pertama saya itu masih TK,” tutur Darmiati.
Menjadi single parent, tak jadi halangan dirinya untuk terus mencari nafkah. Tapi ia tak memendam sedikitpun kebencian kepada sang suami.
Ia ingin anaknya tetap mengenal Temu Hadi sebagai bapak dari anak-anaknya. Meskipun untuk anak yang terakhir, Temu Hadi sempat lama tidak bertemu.
“Waktu acara lamaran anak saya yang nomor 2, waktu itu suami saya pulang. Anak yang kecil sampai enggak ngenalin bapaknya karena ia pergi dari waktu anak bontot saya masih di kandungan,” tambahnya.
Darmiati mengaku sengaja terus mengenalkan anaknya pada sang suami. Karena Darmiati takut kepada Yang Maha Kuasa. Ia tidak ingin menjadi dosa ketika ia menjauhkan anak-anak dari bapaknya.
“Keluarga juga marah kepada saya, karena saya dianggap tidak bisa jauh dari suami. Saya tidak pernah menjauhi suami, karena saya takut sama Yang Maha Kuasa. Saya takut kalau anak saya tidak kenal bapaknya,” ujar Darmiati.
Ketika bersama suami, Darmiati menjual pecel lele. Namun usahanya sempat berhenti karena gerobaknya dibawa Satpol PP. Kemudian, Darmiati melanjutkan dagang mie ayam.
“Saya dulu dagang pecel lele, karena diobrak-abrik kamtib (Satpol PP) akhirnya berhenti. Di sini sudah hampir setahun dagang mie ayam,” katanya.
Darmiati disaat berjualan mie ayam di kawasan Bekasi |
Setiap hari, Darmianti berdagang di dekat Rumah Sakit Hermina, Bekasi. Lokasi kedainya berada tepat di depan mini market di Jalan Kemakmuran, Marga Jaya, Bekasi, Jawa Barat.
“Saya dagang setiap hari di sini. Bukanya pukul 11.00 WIB sampai jam 21.00 WIB. Pokoknya saya patokannya Indomaret, kalau Indomaret udah tutup saya juga pulang. Selain gelap, orang-orang juga sudah sepi kalau jam segitu,” ujarnya.
Dari berjualan mie ayam, Darmiati mendapatkan uang sekitar 250-300 ribu rupiah perhari. Uang tersebut dipakainya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar uang sewa rumah tempatnya tinggal di Jl. Kemakmuran Dalam 3, Bekasi.
Empat di antara anak Darmiati sudah menikah dan hidup bersama keluarganya masing-masing. Sehari-hari, ia tinggal bersama tiga anaknya yang lain.
Ketujuh anaknya bernama Siswitoyo, Eli Maulida, Sriati, Liska Lindyasari, Ayu Mei, Rian Aci Pranoto, Muhammad Riski Nurhadi Setiawan. Meski berprofesi sebagai pedagang yang memakan waktu, anak-anak Darmiati tetap berprestasi dalam hal pendidikan.
“Walaupun saya setiap hari dagang, anak-anak saya tetap mau belajar. Karena yang saya tanamkan ke semuanya harus belajar serius. Saya ingin anak saya sukses, jadi bisa jadi sandaran saya ketika nanti sudah tua, Alhamdulillah, anak-anak saya dapat beasiswa,” ucap Darmiati.
Pada awalnya Darmiati merasa berat ketika mendengar keinginan anaknya yang kelima untuk melanjutkan kuliah. Ia sempat sakit memikirkan uang untuk kuliah anaknya yang bernama Ayu Mei.
“Waktu awal dia minta kuliah, saya sampai jatuh sakit. Karena saya kepikiran, bagaimana ini mau biayainnya. Tapi setelah kakanya yang pertama ikut mendorong dia untuk belajar. Terus kakaknya yang lain juga siap bantu secara biaya. Makanya saya juga rela biar si Ayu ini kuliah,” kata Darmiati.
Di akhir tahun ketiga di SMA, Ayu meminta doa kepada Darmiati agar mendapatkan beasiswa. Ayu juga sering membangunkan ibunya di tengah malam.
“Anak saya ini juga sering bangunin saya kalau malam. Ngingetin untuk salat. Karena kan katanya doa ibu itu lebih manjur. Dia juga ngomong, tenang aja, Ma. Bantu doa. Biar sukses biar Ayu dapat beasiswa. Biar mama enggak keluar uang banyak-banyak,” cerita Darmiati.
Doa itu pun terkabul. Ayu Mei mendapatkan beasiswa Bidik Misi untuk melanjutkan kuliah di Jurusan Biologi, Universitas Padjadjaran, Bandung. (detik.com)
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon