Tim Kaine, Anak Pandai Besi yang Merebut Kepercayaan Hillary

Hillary Clinton
Jakarta – Nama Tim Kaine melejit setelah Hillary Clinton menunjuknya sebagai cawapres yang akan merebut kursi orang nomor satu di Amerika Serikat. Clinton menganggap Kaine optimistis dan sangat berdedikasi terhadap kehidupan orang lain.

Tapi dari semuanya, bahasa Spanyol Kaine yang fasihlah yang membuat Clinton terkesan. “Kami siap untuk Hillary,” kata Kaine dalam bahasa Spanyol, saat mendampingi sang capres kampanye di Virginia pekan lalu. Mata Clinton berseri-seri.

Apalagi pria 58 tahun itu menambahkan, “Kita semua tahu bahwa kita butuh pembangun jembatan (dengan masyarakat), bukan pembuat.” Sejak 2014, mantan Ketua Nasional Partai Demokrat itu memang jelas mendukung Clinton.

Tim kampanye akhirnya memilih sang senator Virginia dibanding tiga senator lain dan dua sekretaris kabinet, untuk mendampingi Clinton. Kaine tak sabar menemani Clinton ke Miami, di mana ia diprediksi akan merebut hati para masyarakat Latin agar mendedikasikan suaranya.

Catatan kepemimpinan dan politik Kaine yang panjang dianggap mampu mengangkat Clinton. Tim kampanye itu percaya, Kaine bisa mendulang suara alternatif dari kelompok yang tidak memberikan pilihannya pada Trump, berbalik pada Clinton.

Padahal Kaine tidak terlahir di lingkungan politikus. Ia justru tumbuh sebagai anak seorang pandai besi. Ayahnya, Albert Alexander Kaine Jr. Juga punya toko kecil di Minnesota. Tapi Kaine sukses menamatkan pendidikan di Universitas Missouri.

Kaine lalu meneruskan pendidikan dengan mengambil sekolah hukum di Harvard. Setahun sebelum lulus, ia sempat menjalani pendidikan sebagai misionaris di Honduras. Dari sana ia bisa bicara lancar dalam bahasa spanyol.

Ia bahkan menjadi orang pertama yang berpidato penuh dalam bahasa Spanyol di senat setempat.

Sekembalinya ke Harvard, Kaine bertemu dengan Anne Holton, anak perempuan dari mantan guber Virhinia Linwood Holton. Ayah Holton berasal dari Partai Republik. Namun Kaine menikah dan hidup dengannya, bersinergi memberi layanan hukum di Richmond. Bibit karier Kaine pun makin bersemai.

Selama 10 tahun ia menjadi pengacara hak-hak sipil dan dosen huku, di Universitas Richmond. Kaine kemudian mulai masuk dunia politik dengan berkampanye untuk jadi Dewan Kota Richmond Utara. Belakangan ia menjadi gubernur pada 2005.

Kaine pun dikenal dengan kebijakan-kebijakan serta manuver politik yang tegas. Ia menjadi sosok kontroversial bagi negara penghasil tembakau karena menggagas pelarangan merokok di dalam ruangan. Virginia adalah negara bagian pertama yang melarang itu.

Nama Kaine juga tercatat dalam kasus penembakan terburuk di sepanjang sejarah AS. Kaine adalah garda terdepan soal kebijakan pengontrolan senjata, isu yang kini dibawa Clinton.

Pada masa pemilu Barrack Obama sebagai calon presiden AS 2008, Kaine memberi dukungan pada presiden kulit hitam pertama itu. Ia sempat disebut-sebut menjadi pendamping ke Gedung Putih. Tim kampanye mengajukan namanya, tapi Obama lebih memilih Senator Joe Biden.

Kini riwayat karier Kaine lebih matang dan mumpuni. Ia dipandang sebagai sosok yang berpengalaman dan aman bagi Clinton.

Pilihan Clinton pada Kaine diawali dari kunjungan John Podesta ke rumahnya di New York, April lalu, menurut salah satu pembantu kampanye di tim itu.

Baru-baru ini, Clinton bertemu lagi dengan Kaine. Mereka menghabiskan 90 menit bersama. Pada pertemuan selanjutnya, keluarga kedua belah pihak bertemu. Clinton pun merasa nyaman dan percaya bisa bekerja sama dengan Kaine.

Jum’at kemarin sebelum mengumumkan Kaine sebagai cawapresnya di Twitter, Clinton sudah mengajak bapak tiga anak itu bicara. Pada pukul 19.30 waktu setempat, Clinton memanggil Kaine dan mengajaknya berbincang dengan Obama.


Kini, anak pandai besi itu siap menemani Clinton berjuang menempuh perjalanan ke Gedung Putih.
Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon