Tujuh Alasan Pria Ceraikan Pasangan


Jakarta – Tak ada orang yang menginginkan perceraian. Dan yang seringkali tak disadari adalah selalu banyak cara untuk memperbaiki sebuah hubungan yang tengah berada dalam badai pernikahan.

Psikolog Antonio Borrello mengatakan, bila masalah yang ada dalam hubungan tak kunjung usai meski sudah datang ke konsultan perkawinan, maka tak banyak hal yang bisa dilakukan untuk pasangan itu.

“Kebanyakan pernikahan dapat pulih dari periode singkat kekisruhan dalam pernikahan, atau komunikasi yang buruk, serta konflik,” kata Borrello seperti dilansir Huffington Post.

“Namun bagi sebagian pasangan, periode ketidakbahagiaan ini justru berlangsung semakin lama, komunikasi semakin lemah, dan pertentangan serta konflik memicu emosi, benci, dan apatis. Ini memaksa pasangan untuk saling introspeksi,” lanjutnya.

Menurut Borrello dan beberapa terapi pernikahan, ada beberapa sebab lelaki akhirnya memutuskan menyerah dan meninggalkan pernikahan mereka meski sudah berjuang untuk tetap bertahan.

1.    Merasa tak dihargai

Meski sering disebut tak peka, namun lelaki adalah makhluk yang butuh rasa penghargaan. Ketika itu tak didapat dari keluarga atau lingkungan terdekatnya, maka yang muncul adalah kebencian bukannya cinta.

“Selain terhubung secara seksual dan emosional, syarat terbesar dari pernikahan adalah memahami bahwa ini bukan hanya terkait duniawi,” kata Alexandra H. Solomon, psikolog Family Institute di Nortwestern University.

“Pria dan wanita yang tidak diapresiasi dan merasa kecewa dengan kenyataan pernikahan mereka rentan untuk bercerai,” lanjutnya.

2.    Berselisih dengan pasangan

Berselisih dengan pasangan dapat disebabkan oleh beragam alasan, dari hal yang sepele seperti toilet yang terbuka hingga masalah besar. Namun, masalah pengelolaan keuangan adalah salah satu hal sensitif dalam rumah tangga, terutama bila keputusan tentang keuangan tak membuat puas salah satu pihak.

Hal ini diakui psikoterapis F. Diane Barth. Ia mengaku dicurhati banyak suami. Mereka mengeluhkan istri yang terlalu boros dalam mengelola keuangan keluarga. Tidak hanya boros, para suami ini semakin kesal karena istri seolah tak ‘berterima kasih’ sudah diberi nafkah.

3.    Perselingkuhan

Banyak orang sepakat perselingkuhan merusak hubungan rumah tangga. Namun menurut Borrello, ketika seorang lelaki terlibat perselingkuhan, sudah bisa dipastikan ada faktor pemicunya. Namun, sulit mengetahui banyaknya faktor yang membuat akhirnya ia terlibat di dalam perselingkuhan tersebut.

“Yang pasti, tidak mungkin sebuah perselingkuhan terjadi dalam pernikahan yang bahagia,” katanya.

4.    Merasa tidak mampu

Menurut Solomon, ketika seorang pria berusaha mengendalikan pernikahan atau pasangan, maka mereka lalu bertemu dengan ‘jalan buntu’. Hal itu dapat menjadi akhir dari sebuah hubungan.

“Ketika istri merasa sang suami terlalu mengekang, maka istri akan makin mengkritik. Semakin dikritik, sang suami makin merasa tak mampu mengendalikan pernikahan itu dan mendorong ia untuk berpaling. Ini siklus setan,” kata Solomon.

5.    Merasa tak lagi cocok

Alasan ini terdengar klise. Namun menurut Bart, hal ini seringkali terjadi. Dan bagi Anda yang akan menikah, kenyataannya adalah bila ingin tetap bersama, maka Anda dan pasangan harus terus tumbuh bersama-sama atau justru akan terjebak dalam risiko perceraian.

6.    Seks
Seks memang menjadi bumi perekat sebuah hubungan. Namun ketika seks sudah membayangi seorang lelaki, maka teror tersebut terasa lebih mengerikan dibanding apapun.

“Ini adalah ketakutan tak terucap dari seorang pria bahwa ia tak lagi atraktif dalam seks,” kata Barth. “Perasaan ini, kadang muncul tanpa disadari oleh pria itu sendiri.”

7.    Tak merasa kebutuhan mereka disadari

Solomon mengatakan bila sebuah pernikahan mulai terasa sulit, maka yang dibutuhkan pada dasarnya adalah rasa empati antar pasangan. Ketika suami merasa sang istri mulai tak menyadari kehadirannya atau melupakan hubungan mereka, maka pria tersebut akan merasa kecewa.

“Kecuali bila pasangan punya kesempatan membangun kembali ikatan emosional di antara mereka, sang suami dapat merasa putus asa akan hubungan keduanya,” kata Solomon.


“Rasa putus asa sangat menyakitkan dan menjadi racun bagu hubungan rumah tangga. Kondisi ini meningkatkan risiko perceraian. Pada akhirnya, masing-masing pihak butuh untuk diakui apa yang dianggap masalah oleh pasangannya.”
Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon