Jakarta – banjir akibat hujan deras di Korea Utara dalam beberapa hari terakhir menewaskan 133 orang, semetara 395 lainnya dinyatakan hilang.
Pernyataan dari PBB pada Senin (12/9) itu muncul di tengah kekhawatiran atas uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korut pada Jumat lalu.
Kantor PBB untuk Urusan Koordinasi Kemanusiaan (OCHA) dalam laporannya mengatakan bahwa lebih dari 35.500 rumah rusak, dua per tiga di antaranya rusak total, dan 107 ribu orang terlantar akibat banjir.
OCHA menyatakan bahwa jumlah orang hilang berdasarkan data dari pemerintah Korea Utara.
Sementara itu, media Korea Utara menyebut bahwa hujan deras apda akhir Agustus dan awal September menyebabkan kerusakan berat di dekat Sungai Tumen. Meski begitu, tidak disebut jumlah korban tewas akibat banjir.
OCHA menyebut bahwa penilaian kerusakan akibat banjir oleh PBB dibuat berdasar kunjungan badan PBB, Palang Merah Internasional, Bulan Sabit Merah, Palang Merah Korea Utara serta beberapa LSM lain ke wilayah terkena banjir di timur laut negara itu pekan lalu.
Kantor berita Korut, KCNA, melaporkan Ahad kemarin bahwa “fenomena iklim” terburuk dalam 70 tahun mendera wilayah utara Korit dan menyebabkan “kerugian besar”, dan bahwa perbaikan sedang dilakukan oleh pemerintah.
Reuters menyebut laju deforestasi untuk bahan bakar dan pertanian membuat Korut rawan bencana alam, terutama banjir.
Palang Merah, seperti dilansir AFP, menyebut setidaknya 100 ribu orang di Kota Hoeryonh tidak punya akses air minum bersih, dan hingga 600 ribu orang menghadapi gangguan terhadap akses persediaan air mereka.
Bencana ini memperparah situasi kekurangan makanan yang sudah melanda Korut, dengan sekitar 16 ribu hektare lahan pertanian terkena banjir hanya beberapa pekan sebelum waktu panen.
“Kerugian mereka adalah bencana lain yang akan dirasakan apda beberapa pekan atau bulan mendatang,” kata Palang Merah.
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon