Jakarta – kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Tito Karnavian berharap budaya kekerasan tidak lagi melekat di kepolisian. Tindak kekerasan yang berlebihan oknum polisi, terutama saat menghadapi masyarakat bisa menimbulkan perlawanan balik dari masyarakat.
Pernyataan ini muncul setelah sekelompok orang membakar markas Kepolisian Sektor Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua kemarin.
“Ini (kekerasan) tak boleh lagi melekat sebagai budaya Polri,” kata Tito saat ditemui di lapangan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat, Minggu (28/8).
Ia mengingatkan kembali, sejak awal menjabat sebagai Kapolri dirinya telah meminta agar polisi mengedepankan sisi kemanusiaan saat berhadapan dengan masyarakat. Tito menyayangkan, instruksi itu belum diterapkan dengan baik.
Untuk mencegah aksi serupa di kemudian hari, Tito mengaku telah menjadwalkan kunjungan ke sejumlah kantor kepolisian hingga tingkat sektor untuk menyampaikan instruksi serupa.
“arahan saya sepertinya baru sampai di tingkat kepolisian daerah dan kepolisian resor saja,” katanya.
Lebih jauh, Tito juga meminta anak buahnya untuk meninggalkan perilaku koruptif dan arogan. Menurutnya, Polri harus kembali merebut kepercayaan publik sebagai institusi yang bersih dan humanis.
“Memang menyamakan persepsi 430 ribu orang (personel Polri) tidak gampang. Membutuhkan waktu,” ujarnya.
Pembakaran Polsek Sugapa menurut Kapolda Papua Inspektur Jenderal Paulus Waterpauw, berawal saat sekelompok pemuda mabuk melakukan aksi pemblokiran jalan. Saat jalan diblokir melintas anggota Brimb Polda Bantuan yang tengah diperbantukan.
Saat itulah terjadi insiden hingga berujung pada lepasnya tembakan peringatan. Belakangan diketahui tembakan menewaskan seorang remaja berusia 15 tahun, Etinus Songgonau. Tewasnya remaja ini membuat warga mengamuk dan membakar Polsek Sugapa. CNNIndonesia.com
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon