Jakarta – Beredarnya vaksin palsu, beberapa waktu lalu, karuan saja membuat masyarakat, terutama orang tua resah dan khawatir.
Namun dokter spesialis anak dan pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia sekaligus anggota satgas Imunisasi Nasional, Soedjatmiko, menegaskan orang tua tak perlu khawatir untuk memberi vaksin kepada anaknya sekalipun sudah beranjak remaja.
“Pada intinya, anak-anak yang dapat vaksin palsu atau merasa ragu akan keaslian vaksin yang diberikan dahulu, ulangi saja kembali dengan jenis vaksin sama namun asli atau diganti dengan kualitas sama,” kata Soedjatmiko saat berbincang dengan CNNIndonesia.com usai mengisi Lunch @Newsroom, pada Senin (29/8).
“Usia anak tidak menjadi masalah [untuk vaksinasi ulang], dan kualitas vaksin dalam negeri tidak kalah dengan yang impor,” ia menambahkan.
Soedjatmiko menegaskan perbedaan terkait usia hanya dalam hal pengelompokan dan jadwal pemberian vaksin. Menurut dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini, beda halnya antara vaksin anak di bawah dan di atas tujuh tahun.
Para orang tua disarankan berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter anak, baik di tempat vaksinasi sebelumnya atau di tempat baru.
Bila melakukan vaksinasi di tempat yang terjerat kasus vaksin palsu atau di sekitarnya, sudah tersedia solusi dari Kementerian Kesehatan, salah satunya bebas biaya revaksinasi.
Sedangkan bila melakukan vaksinasi ulang di tempat baru, ada baiknya menjelaskan terlebih dahulu kepada dokter anak setempat perihal duduk masalah yang terjadi. Namun para orang tua mesti bersiap mengeluarkan uang tambahan bila melakukan vaksinasi ulang di luar tempat rujukan Pemerintah.
Kasus vaksin palsu ternyata tak hanya menghebohkan dunia kesehatan Indonesia baru-baru ini saja, melainkan sudah sejak awal 2000-an. Namun menurut Soedjatmiko, kondisi saat itu berbeda dengan pemalsuan dalam dua tahun terakhir.
“Saat dua tahun terakhir, kebutuhan dunia akan vaksin meningkat dan negara lain berani beli vaksin lebih mahal dibanding di Indonesia, sehingga Indonesia kekurangan stok. Lalu, ada pihak tak bertanggung jawab yang licik untuk memalsukan,” kata Soedjatmiko.
Meski kini Pemerintah sudah membenahi masalah vaksin, namun tak lantas kekhawatiran masyarakat berakhir. Terlepas dari kekhawatiran tersebut, Soedjatmiko mengingatkan orang tua untuk tetap memenuhi kebutuhan vaksin anak demi masa depan buah hati.
“Masalahnya kondisi yang terkena vaksin palsu sama dengan tidak diimunisasi: akan menjadi berbahaya karena anak ini tidak terlindungi sama sekali saat terjadi wabah,” kata Soedjatmiko.
“Jangan sampai, ia mewanti-wanti, “seperti di Jawa Timur yaitu 1.200 anak terkena difteri karena enggan imunisasi dan 120 meninggal serta sebagian lainnya cacat.” CNNIndonesia.com
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon