Pengembalian Pajak Tak Sesuai, Turis Tidur di Kolong Jembatan


Jakarta – Siapa yang tak ingin hidup nyaman saat berwisata? Terlebih lagi jika fasilitas yang nyaman itu didapat dengan harga yang murah. Tentu semua orang berlomba-lomba mendapatkannya. Namun, lain halnya dengan Timothy Randall.

Randall adalah seorang turis asal Sydney, Australia, yang tengah menikmati liburannya di Queenstown, Selandia Baru. Melansir dari laman stuff.co.nz, Ia hanya memiliki US$150 (Rp 1,9 juta) untuk liburan selama dua minggu di sana.

Pria berusia 29 tahun ini mengaku, semula berharap bahwa bisa mengantongi US$400 (Rp 5,26 juta) dari pengembalian pajak usai tiba di Queenstown. Rencananya uang tersebut akan digunakan untuk terbang ke Auckland, Selandia Baru, tempat di mana sang ibu tinggal.

Rupanya, setelah 17 hari ia berada di Queenstown, uang tersebut tak kunjung ia dapatkan. Randall tapi tidak khawatir. Ia justru membuat liburannya menjadi berkesan dengan cara tinggal di bawah sebuah jembatan dekat dengan Queenstown Library. Randall tidak sendirian. Ia turut mengajak boneka beruangnya yang bernama Jonathan.

“Ini bukanlah sesuatu yang biasa saya lakukan, tapi saya senang untuk melakukannya jika keadaannya menuntut demikian,” ujar Randall. Ia menambahkan bahwa ia tak merasa aneh untuk tidur di pinggir jalan selama saya merasa aman, kering, dan hangat.”

Tindakannya ini kemudian difoto oleh kamera paparazi dan berhasil menjadi pusat perhatian di halaman Queenstown Trading Facebook.

Perjalanan yang tak biasa ini, ternyata memang telah ia pikirkan sebelumnya. “Saya siap dengan ini karena saya berpikir bahwa akomodasi (di Queenstown) akan sangat mahal,” paparnya. Beruntung, selama tidur di bawah jembatan, ia sama sekali tidak memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti dilecehkan oleh orang lain.

Keberuntungannya tak berhenti sampai di situ, para pustakawan dan beberapa orang yang lewat juga turut memperhatikan Randall dengan memberinya roti isi, juga jaket. “Hal yang membuat ini jadi berbeda adalah kepedulian orang. Semua orang memerhatikan saya, termasuk bebek,” ujarnya sambil bergurau.

Randall pun mengenang, bahwa ada satu orang turis asal Brasil yang memberinya uang sebesar US$5 (Rp 65 ribu). Uang itu kemudian ia gunakan untuk bertahan selama satu hari. Ia membeli sebotol susu dan dua pie seharga US$1 (Rp 13 ribu).

Sebuah komunitas di Queenstown, Happiness House, juga turut menyediakan jaket hangat, selimut, dan fasilitas mandi gratis untuk wisatawan.

Tapi Randall tak pasrah begitu saja dengan mengandalkan bantuan orang lain. Ia turut berusaha untuk menghasilkan uang, dengan cara bersiul memainkan lagu dari film ‘Lord of The Rings’. Lagu tersebut, diakui Randall, adalah satu-satunya lagu yang bisa ia mainkan. Sayang, ia hanya berhasil meraup 70 sen saja dalam dua malam.

“Dua malam saya duduk di luar dan kedinginan, dan tidak menghasilkan satu sen pun,” kenangnya. “Saya melihat bahwa di kota penuh dengan orang yang berjalan menuju klub malam,” tambahnya, “dan mereka tidak peduli. Tidak ada yang berhenti dan mendengarkan.”

Randall sudah merasa cukup dengan petualangannya di Queenstown dan dia ingin segera kembali ke rumah dan bertemu dengan keluarganya. Uang sebesar US$400 (Rp 5,26 juta) sangat berarti untuknya. “Jika saya mendapatkan uang sore ini, saya akan langsung memesan tiket,” katanya.

Meski begitu, ia tetap mengambil sisi positif dari pengalaman ini. Salah satunya adalah bisa membangun karakter dan meningkatkan harga dirinya.


“Saya menyebutnya sebagai sebuah petualangan alam dan sesuatu yang sangat memuaskan,” katanya. “Ini sesuatu yang memberikan saya banyak kepuasan.”
Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon