Jakarta – Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan kekayaan budaya, antara lain kesenian, kuliner dan pakaian tradisional. Salah satu yang terkenal hingga mancanegara yaitu kain batik.
Batik Indonesia memiliki banyak jenis. Ada batik mega mendung dari Cirebon, batik tulis khas Solo, batik Pekalongan, dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, ragam batik kian bertambah.
Tah hanya buatan tangan saja, namun juga keluaran pabrik atau industri tekstil. Batik olahan tangan ini lah yang ingin dijaga oleh Mariana Sutandi, pendiri batik Parang Kencana sekaligus kurator pameran batik Wasiat Agung Negeri Nusantara (Warisan) 2016 di Jakarta Convention Center.
“Perkembangan batik makin bermunculan, apakah yang 100 persen batik, seperti batik tulis, cap, atau kombinasi, ataupun yang industri tekstil, makin bagus,” kata Mariana. “Tapi kita ingin menjaga yang murni olahan tangan.”
Haryani Winotosastro, yang bertindak sebagai kurator, mengungkapkan hal senada. Saat ini, menurutnya, kreativitas generasi muda sudah semakin tinggi. “Hanya saja kalau bikin batik itu harus dibuat namanya,” papar Haryani kepada CNNIndonesia.com di Jakarta, baru-baru ini.
“Dia [perajin] buat itu [batik] dari apa, inspirasinya apa, motifnya apa. Misalnya, terinspirasi dari Muhammad Ali, dibuat batik kawung tapi tetap ada [unsur] tinjunya,” ujar Mariana.
Selain tren motif batik yang makin beragam, kini batik pun tak melulu dijadikan kain panjang untuk bawahan. Haryani memaparkan, “Sekarang macam-macam, tidak hanya dipakai untuk kain, dari kebutuhan rumah tangga sampai yang kecil-kecil, bisa tas, bisa dompet, bisa cendera mata.”
Keindahan dan keunikan batik tersebut kemudian menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi masyarakat Indonesia maupun mancanegara. Misalnya, saja dua wisatawan mancanegara (wisman) asal Inggris dan Kanada, saat ditemui oleh CNNIndonesia.com di pameran batik tersebut, keduanya memuji batik Indonesia sangat unik dan cantik.
“Ini sangat cantik dan ini kerajinan tangan yang sangat menakjubkan yang dimiliki kebudayaan Indonesia,” ujar mereka. Kecintaannya pada batik tumbuh sejak keduanya berkesempatan datang ke Indonesia lima tahun lalu. Sejak saat itu, wisman ini pun kerap membeli dan menggunakan batik.
“Biasanya kami menggunakannya sebagai baju atau rok. Kadang kami menggunakannya juga di rumah,” mereka menambahkan.
Keduanya cukup paham mengenai ragam batik, “Saya mengetahui sedikit tentang batik, tapi saya bukan ahli. Seperti yang saya gunakan ini adalah tunik.”
Keduanya tak ragu membeli setumpuk kain batik yang akan mereka boyong ke kampung halaman mereka.
Pameran batik Warisan 2016 ini diselenggarakan selama empat hari, mulai hari ini (25/8) hingga tiga hari mendatang, atau tepatnya, 28 Agustus 2016.
Mediatama Binakreasi selaku penyelenggara acara bertekad untuk membantu kelangsungan bisnis batik yang ada di Indonesia, serta menjaga kemurnian batik yang diolah tangan.
“Semua batik yang ada di sini [Warisan 2016], semuanya produksi tangan, meskipun itu cap. Tidak ada yang dari [pabrik] tekstil,” papar Mariana.
Acara dengan tema Citra Batik Nusantara ini turut didukung oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI), Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), dan Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI).
Nantinya pada 2017, pameran Warisan akan mengangkat keindahan batik, tenun, dan mutiara dengan tema Citra Bahtera Nusantara.
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon