Jakarta – Kebijakan baru Niantic melakukan pemblokiran permanen terhadap setiap pemain yang pernah atau sedang melakukan kecurangan dalam game Pokemon Go, telah memakan “banyak korban” dan terpaksa diambil demi asas keadilan.
Perdebatan soal metode blokir yang ditetapkan Niantic pun muncul ke permukaan. Ada yang mengatakan pemblokiran didasarkan pada pelacakan alamat internet protokol (IP Address), berdasarkan akun, dan juga perangkat.
Keinginan untuk menguji tarung monster-monster terkuat yang dimiliki, dan ambisi menguasai Pokegym, merupakan alasan terbanyak yang ditemukan CNNIndonesia.com, ketika bertanya kepada sejumlah sumber yang menyurangi Pokemon Go.
“Masa-masa untuk jalan mencari Pokemon dan mampir ke Pokestop sudah lewat,” kata Adi Rahman (32) yang memilih bikin akun baru Pokemon Go setelah akun pertamanya diblokir permanen.
Niantic pada dasarnya melacak setiap riwayat pemain Pokemon Go. Jika ditemukan keganjilan, perusahaan pimpinan John Hanke itu akan melakukan evaluasi dan mengambil sikap blokir.
Pemblokiran bisa dilakukan jika pemain tertangkap memalsukan lokasi, menggunakan emulator, melakukan modifikasi peranti lunak secara tidak resmi, atau mengakses sistem Pokemon Go secara ilegal, dan termasuk memakai peranti lunak pihak ketiga.
Pengguna lain bernama Richard Bara (28), telah memainkan Pokemon Go sejak permainan itu dirilis pertama kali. Untuk mengunduhnya di iPhone kala itu dia memakai akun Apple ID untuk kawasan Australia.
Richard terbilang rajin memainkan Pokemon Go karena di tempatnya bekerja, sebuah pusat perbelanjaan di Senayan, banyak terdapat Pokestop (tempat untuk mengumpulkan alat berburu monster) yang saban hari ditaburi umpan atau lure module.
Sekitar dua pekan lalu ia merasa lambat naik level, dan memilih untuk pakai peranti lunak pihak ketiga bernama Pokecrot yang disebutnya sukses mempercepat kenaikan level dari 28 sampai 31.
Beberapa hari kemudian, belum masuk level 32, Richard berkata akun Pokemon Go miliknya tak bisa menarik data-data dari server Niantic, alias blokir permanen.
“Tak ada ampun dari Niantic. Ini perma-banned (pemblokiran permanen),” kata Richard kepada CNNIndonesia.com.
Aksi pemblokiran yang dilakukan Niantic ini tak membuat Richard putus asa. Dia membuat akun baru untuk main Pokemon Go, dan memakai peranti lunak lain untuk berlaku curang, tetapi diblokir lagi. Akun ketiganya juga telah diblokir pada 17 Agustus lalu.
“Kami akan terus bekerja sama dengan Anda semua untuk meningkatkan kualitas gameplay, termasuk optimasi yang sedang berlangsung dan mencari cara terbaik pada sistem anti-curang kami,” tulis Niantic.
Menguji Niantic
Niantic sampai sekarang belum menjelaskan metode apa yang mereka pakai dalam melakukan pemblokiran. Sejumlah pengguna bahkan sengaja melakukan berbagai kecurangan, untuk mengetahui dan mengungkap metode yang dipakai Niantic.
Teguh M (29), salah seorang pengguna yang terkena blokir permanen, membuat satu akun baru yang juga ia curangi. Sampai sekarang dia mengaku akun barunya yang secara penuh pakai bot dan telah mencapai level 24, belum diblokir oleh Niantic.
Teguh mengaku menerapkan sejumlah strategi dan peranti lunak berbeda sebagai upaya mengumpat dari pemblokiran Niantic. Upaya ini membawanya menaklukan monster-monster ber-combat power besar, dan jadi penguasa di sejumlah Pokegym.
“Saya ingin tahu seberapa hebat Niantic. Ini kejar-kejaran antara Niantic dengan hacker yang buat software pihak ketiga,” tuturnya.
Niantic tentu saja tak tinggal diam atas “gangguan” dari ahli pemrogram komputer yang menyediakan alat curang Pokemon Go, seperti Pokevision dan Pokecrot. Permintaan untuk berhenti menipu permainan telah disuratkan, tetapi kenyataannya proses “kejar-kejaran” antara Niantic dan kelompok peretas tersebut tak berhenti sampai di sini.
Ada saja peretas yang berhasil memecahkan sepotong kode pemrogaman Pokemon Go untuk diintegrasikan pada sebuah bot curang. Ada juga pemain yang memakainya demi mendapatkan banyak Pokemon, melakukan evolusi monster, dan jadi penguasa di sebuah Pokegym.
Di sisi lain, masih ada orang di luar sana yang menikmati perjalanan mencari Pokemon kendati level ala kadarnya, combat power koleksi monster masih r’ecehan’, dan percaya monster andalan bisa pulih jika kalah bertarung.
Dalam syarat dan ketentuan baru yang dibuat Niantic, perusahaan itu menulis bahwa “cara yang curang, sayangnya, dibatasi oleh imajinasi orang yang berlaku curang.”
“Jangan lakukan itu. Bermain yang adil,” pinta Niantic.
Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon