Emiten Farmasi Mengilap di Paruh Pertama 2016


Jakarta – Performa perusahaan tercatat (emiten) sektor farmasi pada paruh pertama tahun ini tercatat positif, di mana emiten terbesar membukukan kenaikan pendapatan, terdongkrak populasi dan kebijakan jaminan sosial.

Kelima emiten tersebut, antara lain PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Tempo Scan Pacific (TSPC), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul TBk (SIDO), PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF), dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF).

Kimia Farma mencatat peningkatan pendapat tertinggi dibandingkan emiten lainnya menjadi Rp 2,48 triliun atau naik 18,09 persen dari posisi sebelumnya sebesar Rp 2,10 triliun. Perseroan pun berhasil meraup laba bersih paling banyak jika dibandingkan emiten lainnya yakni sebesar 20,85 persen atau menjadi Rp 93,59 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 77,44 miliar.

Menurut analis Bahana Securities Aldy Effendy, Kimia Farma masih mencatatkan kinerja paling tinggi pada semester I ini. Tak hanya semester ini saja, ia meramalkan Kimia Farma akan terus menjadi emiten yang paling tinggi dalam meraup pendapatan dan laba bersih ke depannya.

Hal ini disebabkan proses distribusi dari emiten ini terbilang kuat, terlebih lagi Kimia Farma masih menguasai pasar obat generik nasional hingga sekarang.

“Semester II top-nya masih Kimia Farma, karena distirbusi lebih kuat apalagi lagi dengan obat generiknya dan pemerintah kan memang mau genjot obat generik untuk digunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), jadi dari segi pertumbuhan masih Kimia Farma,” ujat Aldy Effendy kepada CNNIndonesia.com, Jumat (12/8).

Performa apik tersebut diikuti oleh Sido Muncul yang membukukan kenaikan pendapatan menjadi Rp1,29 triliun atau 13,15 persen dari sebelumnya Rp1,14 triliun. Perusahaan mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,73 persen menjadi Rp265,14 miliar dari Rp246,11 miliar.

Aldy menyatakan Sido Muncul masih akan menjadi emiten dengan pendapatan dan laba tertinggi untuk perusahaan obat herbal. Selain itu, dari sisi branding sendiri Sido Muncul dinilai sudah sangat kuat.

“Untuk perusahaan obat herbal masih akan dimenangkan Sido Muncul. Ini karena branding-nya yang sudah cukup tinggi dan Sido Muncul ini kan mau tambah pabrik, itu akan berdampak pada penambahan kapasitas dia sekarang, jadi volume penjualan dapat bertambah,” imbuhnya.

Sementara itu, Kalbe Farma membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 9,64 persen menjadi Rp9,55 triliun dari Rp8,71 triliun. Emiten berkode KLBF ini meraup laba bersih sebesar 7,54 persen dari Rp1,06 triliun menjadi Rp1,14 triliun.

Tempo Scan Pacific mencatatkan pendapatan tumbuh hingga 17 persen dari Rp 4 triliun menjadi Rp4,68 triliun. Sayangnya, perusahaan mengalami penurunan kinerja menajemen, di mana laba bersih turun 9,83 persen menjadi Rp339,76 triliun dari Rp373,19 triliun.

Indofarma menjadi satu-satunya perusahaan yang masih mencatatkan rugi bersih Rp27,86 miliar, naik 17,05 persen dari sebelumnya Rp23,80 miliar. Padahal, pendapatan Indofarma tumbuh tipis sebesar 1,84 persen dari Rp462,77 miliar menjadi Rp471,31 miliar.

Aldy melihat hasil kinerja emiten dari sektor farmasi ini semester I ini sesuai dengan ekspektasi. Di mana rata-rata emiten mencatatkan kinerja positif dengan pertumbuhan rata-rata pendapatan keseluruhan sekitar 15 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sedangkan untuk laba bersih keseluruhan naik 10 persen.

“Semester I sesuai ekspektasi, jadi memang tidak ada yang mengejutkan hasilnya. Sesuai konsensus sektor ini masih positif. Tapi margin keseluruhan ke depan kelihatannya masih tertekan, tapi diimbangi dengan volume penjualan yang positif,” jelasnya. CNNIndonesia.com.









Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon