Meski Gencatan Senjata, Serangan Masih Berlanjut di Aleppo


Jakarta – Pertempuran terus berlanjut di kota Aleppo, Suriah, selama lebih satu jam, meski gencatan senjata selama tiga jam diumumkan oleh Rusia pekan ini. Pasukan pemerintah rezim Presiden Bashar al-Assad tengah berupaya merebut kembali wilayah yang dikuasai oposis sejak pekan lalu.

Gencatan senjata diumumkan Rusia, yang mendukung Assad dan pemerintahnya, pada Rabu (10/8) dan akan diberlakukan selama tiga jam per hari, dari pukul 10.00 hingga 13.00 mulai Kamis (11/8). Gencatan senjata ini bertujuan agar pengiriman bantuan kemanusiaan dapat memasuki kota yang terkepung itu.

Juru bicara pemberontak kelompok Jaish al-Nasr, Mohammed Rasheed, diwawancarai oleh Reuters pada pukul 10.45 waktu setempat, terkait efektifitas gencatan senjata tersebut. “Tidak, [justru] sebaliknya,” ujar Rasheed, dikutip dari Reuters.

“Hari ini, sejak pagi, (pemerintah) berupaya bergerak maju di daerah Ramousah. Kehadiran pesawat tempur Rusia meningkat,” kata Rasheed menambahkan.

Seorang saksi mata yang berada dekat dengan garis depan pertempuran di Aleppo, antara sektor timur yang dikuasai oposisi dan wilayah barat yang dikendalikan pemerintah, juga mengaku mendengar pertempuran terus berlanjut setelah pukul 10.30 waktu setempat.

Seorang pejabat pemberontak lainnya juga menyatakan bahwa pertempuran terus berlanjut pada pukul 11.00 waktu setempat.

Televisi pemerintah Suriah melaporkan pada Kamis bahwa tentara telah bergerak maju pada Rabu malam, dengan bantuan pengawalan udara dari serangan udara Rusia ke sejumlah posisi dengan daerah yang dikuasai kelompok pemberontak pekan lalu.

Namun, Rasheed Jaish al-Nasr dan Ahmed Hamaher dari kelompok Nour al Din al-Zinki, yang juga bertarung di Aleppo, menyatakan bahwa pasukan pemerintah telah berhasil mengendalikan sejumlah posisi di wilayah itu, namun dengan cepat dapat dipukul mundur oleh pemberontak.

Kota Aleppo terbagi menjadi wilayah yang dikuasai pemberontak dan daerah yang dikendalikan pemerintah. Bagian timur kota ini dikuasai pemberontak, sehingga sekitar 250 ribu penduduknya hidup di bawah pengepungan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad, setelah Juli lalu pasukan pemerintah memotong Castello Road, rute pasokan utama ke kota itu.

Sejak pekan lalu, kelompok pemberontak meluncurkan serangan besar di Aleppo untuk menghentikan pengepungan ini. Pejuang pemberontak berhasil menembus wilayah yang dikuasai pemerintah, namun belum ada jalur yang aman untuk evakuasi warga dan penyaluran bantuan kemanusiaan, sementara pertempuran terus berlanjut.

Kepala bantuan PBB, Stephen O’Brien, menyatakan bersedia mempertimbangkan gencatan senjata yang diumumkan Rusia tersebut, namun menilai diperlukan jeda waktu selama 48 jam dalam pertempuran untuk memenuhi semua kebutuhan kemanusiaan di kota terpadat di Suriah sebelum perang berkecamuk itu.

“Setiap saat, saya akan mempertimbangkan saran apa yang memungkinkan penyaluran bantuan kemanusiaan,” katanya kepada wartawan.

“Ketika kami menawarkan tiga jam maka Anda pasti bertanya, ‘Apa yang bisa dicapai dalam tiga jam?’ Apakah ini untuk memenuhi kebutuhan [kemanusiaan], atau akan hanya dapat memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan tersebut?” ujar O’Brien.

“Jelas, dari sudut pandang kami, kami hanya berada di sana untuk memenuhi kebutuhan, semua kebutuhan. Untuk itu, anda memerlukan dua jalur dan memakan waktu sekitar 48 jam agar truk dapat masuk cukup jauh ke kota itu,” tuturnya.


Bulan lalu, dia menyatakan bahwa gencatan senjata di Aleppo perlu diberlakukan selama 48 jam karena kondisi Castello Road sangat rusak sehingga hanya dapat dilewati oleh truk kecil, memakan waktu lebih lama agar bantuan kemanusiaan dapat disalurkan. CNNIndonesia.com.









Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon