Pelaku Pasar Modal Apresiasi Target Ekonomi Tahun Depan

Jakarta  - Ekonom Samuel Asset management Lana Soelistianingsih menilai Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2017 yang dipaparkan Presiden Jokowi dalam pidato di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (16/8), lebih realistis jika dibandingkan dengan RAPBN dua tahun sebelumnya, yakni 2015 dan 2016.

“Ada gambaran apakah lebih realistis atau tidak pemerintahan Jokowi ini karena dua tahun masa pemerintahannya banyak yang tidak tercapai. Penerimaan negara tidak tercapai, pengeluaran negara jadinya kedodoran. Ini akan dilihat ke depan realistis tidak ini pemerintah,” tutur Lana Kepada CNNIndonesia.com, (Selasa 16/8).

Seperti diketahui, melalui pidatonya Jokowi meyakini tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3 persen. Angka itu dalam kisaran asumsi makro RAPBN 2017 yang disepakati Kementerian Keuangan dengan Komisi XI DPR di kisaran 5,2 – 5,6 persen.

Meski Lana menilai Indonesia masih sulit untuk mencapai pertumbuhan hingga 5,6 persen pada 2017, tetapi Indonesia masih bisa mencapai pertumbuhan hingga 5,2 persen dengan kerja keras.

“Misalnya dengan dua tahun terakhir ini, sekarang kan asumsi 5,2 persen walaupun target tertinggi tetap 5,6 persen. Ini agak sulit 5,6 dicapai, tapi kalau 5,2 masih bisa ah lebih baik dari 2015 dan 2016. Tahun 2015 sendiri kan pertumbuhan ekonomi 4,72 persen, nah kalau tahun ini diperkirakan 4,9 persen lah,” paparnya.

Dengan begitu, Lana melihat target yang ditetapkan Jokowi sendiri sebenarnya tidak ada yang mengejutkan. Meski begitu, paling tidak dengan RAPBN ini, masyarakat dapat mengetahui rencana pemerintah untuk tahun depan, di mana ia memproyeksikan ada perbaikan perekonomian Indonesia.

Namun, ia memperkirakan perekonomian Idonesia ke depannya masih akan dipengaruhi oleh harga komoditas. Jika harga komoditas naik, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

“Tapi itu tidak bisa kita kontrol kan, karena harga komoditas yang menentukan internasional,” ungkapnya.

Tiga Pilar

Menurutnya, ada tiga hal yang dapat membantu menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diantaranya konsumsi rumah tangga, investasi swasta, dan kegiatan ekspor.

Investasi swasta sendiri erat kaitannya dengan paket kebijakan ekonomi yang dibuat oleh pemerintahan Jokowi. Bila paket kebijakan ekonomi tersebut dapat berjalan efektif, maka investasi swasta akan membaik sehingga dapat menumbuhkan konsumsi rumah tangga atau daya beli masyarakat Indonesia.

“Kalau ada dampak positif pada investasi swasta, investasi swasta membaik, akan membantu konsumsi rumah tangga,” imbuhnya.

Selain itu, pemerintah juga harus lebih fokus pada target-target tertentu. Artinya pemerintah hanya perlu fokus pada satu hal dalam melakukan pengembangan di Indonesia, misalnya sektor apa yang akan dikembangkan. Pemerintah tidak bisa mengembangkan berbagai sektor secara bersamaan.

“Misalnya mau ketahan pangan diutamakan, jadi jangan semua. Kalau mau infrastruktur, mau infrastruktur mana? Tidak mungkin semua infrastruktur dibangun. Pilih dulu yang mana yang mau dibangun. Kalau semua ingin dibangun akhirnya tidak terbangun semua,” jelasnya.


Sementara itu, kegiatan ekspor sendiri masih belum bisa diandalkan pada 2017. Hal ini karena harga internasional diperkirakan masih stagnan, disebabkan permintaan dari global masih belum kuat. Sehignga kegiatan ekspor hanya bisa dianggap sebagai “bonus” bagi perekonomian Indonesia. CNNIndonesia.com




Previous
Next Post »

Jadilah yang pertama berkomentar di bawah ini ConversionConversion EmoticonEmoticon